PEMBUANGAN
KOTORAN MANUSIA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh
: Bagus Syehnam
ABSTRAK
Dengan
bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah
pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat,
masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini
mungkin diatasi. Oleh sebab itu, artikel ini dibuat untuk meminimalisir masalah
akibat masih kurangnya penduduk yang belum mengelola tinja dengan baik.
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Kotoran
manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang
harus dikeluarkan dalam tubuh. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai
fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau
tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Notoatmodjo,
2007).
2.HUBUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN KOTORAN
MANUSIA DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT
Kotoran (feces)
adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber
pada feces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Tinja dapat langsung
mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, dan sebagainya, juga air, tanah,
serangga, dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja
tersebut. Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang
sudah menderita suatu penyakit tertentu, sudah barang tentu akan menjadi
penyebab penyakit bagi orang lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan
tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat
penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja. Berdasarkan hasil
penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan air seni 970
gram. Jadi, bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta gram (194.000
ton). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah
tersebar. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan antara lain : tifus,
disentri, kolera, bermacam-macam cacing, schistosomiasis dan sebagainya.
3.MACAM-MACAM TEMPAT PEMBUANGAN
KOTORAN MANUSIA
Ada 4 macam jamban menurut (Entjang,
2000) yaitu :
a.Kakus cemplung
Bentuk kakus
ini adalah paling sederhana yang dapat dianjurkan pada masyarakat.Nama ini
dipakai bila orang menggunakan kakus jenis ini (membuang kotorannya kekakus
semacam ini), maka kotorannya lansung masuk jatuh kedalam tempat penampungan
kotoran yang dalam bahasa jawanya Nyemplung.
Kakus
cemplung ini hanya terdiri dari sebuah lubang galian diatasnya diberi lantai
dan tempat jongkok, sedang dari tempat jongkok kelubang galian tidak terdapat
alat apapun sebagai penyalur maupun penghalang.
Lubang
galian terdapat penampungan itu sendiri dapat tanpa diberi pasangan tembok,
atau ditembok seluruh bagian dalamnya termasuk dasarnya, sehingga kakus ini
bernama kakus cemplung, dapat disebut juga beerput (bila seluruh bagian dalam
tempat penampungan itu termasuk dasarnya ditembok), dapat juga disebut zink-put
(bila sisi-sisinya saja yang ditembok, sedang dasarnya tidak).
Lantai kakus
ini pun dapat dibuat dari bambu atau kayu , tapi dapat juga dari pasangan batu
bata atau beton. Agar tidak menjadi sarang dan makanan serangga penyebar
penyakit, maka lubang tempat jonkk harus ditutup bila tidak dipakai.Kakus
semaca ini masuh menimbulkan gangguan karena bau busuknya.
b.Kakus Plengsengan
Plensengan
berasal dari bahasa Jawa (mlengseng) berarti miring.nama itu dipakai karena
dari lubang tempat jongok ketempat penampungan kotoran dihubungkan oleh suatu
saluran yang miring (mlengseng).Jadi tempat jongkok dari kakus ini dibuat/diletakkan
persis diatas penampungan, melainkan agak menjauh disampingnya. Juga kakus ini
dapat disebut beerput ataupun zinkput, bila ita memperhatikan konstrusi tempat
penampungan kotorannya (lihat kakus cemplung).
Kakus
semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan dari pada kakus cemplung,
karena baunya agak berkurang, dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin (tidak
ada bahaya kejeblos/terperosok). Seperti halnya pada kakus cemplung, maka
lubang dari tempat jongkok harus dibuatkan tutup.
c. Kakus Bor
Dinamakan
demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan mempergunakan bor.
Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut boor aunger dengan diameter
antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang itu harus jauh lebih
dalamdibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada kakus cemplung atau
plengsengan, karena diameter kakus bor ini jauh lebih kecil. Pengeboran pada
umumya dilakukan sampai mengenai air tanah. Perlengkapan lainnya dan cara
mempergunakan, dapat pula diatur seperti pada kakus cemplung dan kakus
plengsengan.
d.Kakus Angsatrine (Water Seal
Laterine)
Kakus ini,
dibawak tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasangkan suatu alat yang
berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah
timbulnya bau. Kotoran yang berada ditempat penampungan tidak tercium baunya,
karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung,
dengan demikian juga dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran.Karena dapat
mencegah gangguan lalat dan bau, maka memberikan keuntungan untuk dibuat
didalam rumah.Agar terjaga kebersihannya, kakus semacam ini harus cukup
tersedia air.
4. PENGELOLAAN PEMBUANGAN KOTORAN
MANUSIA
Ada tipe jamban dan sarana
pembuangan tinja yang akan dipilih intuk dibangun atau diterapkan pada masyarakat
harus dapat memenuhi persyratan sebagai berikut: (Ana, 2007)
a)Tidak terjadi kontaminasi pada
tanah permukaan
b)Tidak terjadi ontaminasi pada air
tanah yang mungkin masuk ke mata air dan sumur.
c)Ekskreta tidak dapat dijangkau
oleh lalat, ulat, kecoa dan anjing.
d)Tidak terjadi penanganan ekskreta
segar, apabila tidak dapat dihindari, harus ditekan seminimal mungkin.
e)Harus bebas dari bau atau kondisi
yang tidak sedap.
f)Metode yang digunakan harus
sederhana serta murah dalam pembangunan dan penyelenggaraan.
g)Dapat diterima oleh masyarakat
5.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPEMILIKAN JAMBAN
1.Ekonomi Masyarakat
Data Badan
Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penyebab tingginya jumlah orang miskin di
daerah-daerah ini karena perekonomiannya sangat bergantung pada empat bidang
utama yang seluruhnya dikuasai oleh pelaku ekonomi yang tidak berbasiskan usaha
kecil dan menengah.Keempat bidang utama tersebut adalah perkebunan,
pertambangan, kehutanan, dan perdagangan.Dengan penghasilan pas- pasan, cukup
untuk makan saja, mereka sering dijadikan contoh kasus kemiskinan yang
melandasi masyarakat terus berusaha mendapat kucuran dana lebih dari pemerintah
pusat, (Slamet, 2002).
2.Kebiasaan Masyarakat
Pemanfaatan
jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan
masyarakat.Pemanfaatan jamban keluarga oleh masyarakat belum sesuai dengan
harapan karena masih ada yang buang hajat di tempat-tempat yang tidak sesuai
dengan kaidah kesehatan, misalnya sungai, kebun atau sawah. Hal ini karena
kebiasaan (pola hidup) atau fasilitas yang kurang terpenuhi serta pengetahuan,
sikap dan perilaku dari masyarakat itu sendiri maupun kurang informasi yang
mendukung terhadap pemanfaatan jamban keluarga, (Rendy Maulana, 2009).
3.Pengetahuan
Pengetahuan
adalah kesan didalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya,
yang berbeda sekali dengan kepercayaan, tahayul, dan penerangan yang keliru.
(Notoatmodjo, 2003).
4.Pendidikan
Pendidikan
meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat
tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan
adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi, (Yudistira, 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Kotoran
manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang
harus dikeluarkan dalam tubuh. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai
fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau
tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya
(Notoatmodjo, 2007). Pengelolaan kotoran manusia yang kurang baik akan
menyebabkan penyebaran penyakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan antara
lain : tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing, schistosomiasis dan sebagainya.
Ada 4 macam jamban yaitu kakus cemplung, kakus plengsengan, kakus bor, kakus
angsatrine (water seal laterine). Persyaratan jamban yang baik yaitu tidak
terjadi kontaminasi pada tanah permukaan, tidak terjadi ontaminasi pada air
tanah yang mungkin masuk ke mata air dan sumur, ekskreta tidak dapat dijangkau
oleh lalat, ulat, kecoa dan anjing, tidak terjadi penanganan ekskreta segar,
apabila tidak dapat dihindari, harus ditekan seminimal mungkin, harus bebas
dari bau atau kondisi yang tidak sedap, metode yang digunakan harus sederhana
serta murah dalam pembangunan dan penyelenggaraan,dapat diterima oleh
masyarakat. faktor yang mempengaruhi kepemilikan jamban yaitu ekonomi
masyarakat, kebiasaan masyarakat, pengetahuan, dan pendidikan.
2. SARAN
Dengan adanya
artikel ini, penulis memberikan saran kepada pembaca untuk menghimbau agar
dapat mengelola kotoran manusia dengan baik, dan pembaca dapat berpikir kembali
tentang akibat yang akan ditimbulkan apabila tidak dapat mengelola kotoran
manusia dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Budiman, Chandra. 2007.
Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan I. EGC : Jakarta. Notoatmodjo,
Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Merkur 23C Gold - XN
BalasHapusMerkur 23C Gold Merkur's 메리트 카지노 고객센터 23C Double 바카라사이트 Edge Safety Razor is a double edge razors, which 카지노 offer a superior shave for sensitive skin in comparison to