Jumat, 11 November 2016

PEMBUANGAN KOTORAN MANUSIA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT

PEMBUANGAN KOTORAN MANUSIA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh : Bagus Syehnam


ABSTRAK

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Oleh sebab itu, artikel ini dibuat untuk meminimalisir masalah akibat masih kurangnya penduduk yang belum mengelola tinja dengan baik.

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
 
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dalam tubuh. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Notoatmodjo, 2007).

2.HUBUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN KOTORAN MANUSIA DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT

Kotoran (feces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada feces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Tinja dapat langsung mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, dan sebagainya, juga air, tanah, serangga, dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut. Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita suatu penyakit tertentu, sudah barang tentu akan menjadi penyebab penyakit bagi orang lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi, bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta gram (194.000 ton). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan antara lain : tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing, schistosomiasis dan sebagainya.


3.MACAM-MACAM TEMPAT PEMBUANGAN KOTORAN MANUSIA

Ada 4 macam jamban menurut (Entjang, 2000) yaitu :

a.Kakus cemplung
Bentuk kakus ini adalah paling sederhana yang dapat dianjurkan pada masyarakat.Nama ini dipakai bila orang menggunakan kakus jenis ini (membuang kotorannya kekakus semacam ini), maka kotorannya lansung masuk jatuh kedalam tempat penampungan kotoran yang dalam bahasa jawanya Nyemplung.
Kakus cemplung ini hanya terdiri dari sebuah lubang galian diatasnya diberi lantai dan tempat jongkok, sedang dari tempat jongkok kelubang galian tidak terdapat alat apapun sebagai penyalur maupun penghalang.
Lubang galian terdapat penampungan itu sendiri dapat tanpa diberi pasangan tembok, atau ditembok seluruh bagian dalamnya termasuk dasarnya, sehingga kakus ini bernama kakus cemplung, dapat disebut juga beerput (bila seluruh bagian dalam tempat penampungan itu termasuk dasarnya ditembok), dapat juga disebut zink-put (bila sisi-sisinya saja yang ditembok, sedang dasarnya tidak).
Lantai kakus ini pun dapat dibuat dari bambu atau kayu , tapi dapat juga dari pasangan batu bata atau beton. Agar tidak menjadi sarang dan makanan serangga penyebar penyakit, maka lubang tempat jonkk harus ditutup bila tidak dipakai.Kakus semaca ini masuh menimbulkan gangguan karena bau busuknya.

b.Kakus Plengsengan
Plensengan berasal dari bahasa Jawa (mlengseng) berarti miring.nama itu dipakai karena dari lubang tempat jongok ketempat penampungan kotoran dihubungkan oleh suatu saluran yang miring (mlengseng).Jadi tempat jongkok dari kakus ini dibuat/diletakkan persis diatas penampungan, melainkan agak menjauh disampingnya. Juga kakus ini dapat disebut beerput ataupun zinkput, bila ita memperhatikan konstrusi tempat penampungan kotorannya (lihat kakus cemplung).
Kakus semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan dari pada kakus cemplung, karena baunya agak berkurang, dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin (tidak ada bahaya kejeblos/terperosok). Seperti halnya pada kakus cemplung, maka lubang dari tempat jongkok harus dibuatkan tutup.

c. Kakus Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan mempergunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut boor aunger dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang itu harus jauh lebih dalamdibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada kakus cemplung atau plengsengan, karena diameter kakus bor ini jauh lebih kecil. Pengeboran pada umumya dilakukan sampai mengenai air tanah. Perlengkapan lainnya dan cara mempergunakan, dapat pula diatur seperti pada kakus cemplung dan kakus plengsengan.

d.Kakus Angsatrine (Water Seal Laterine)
Kakus ini, dibawak tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasangkan suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada ditempat penampungan tidak tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung, dengan demikian juga dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran.Karena dapat mencegah gangguan lalat dan bau, maka memberikan keuntungan untuk dibuat didalam rumah.Agar terjaga kebersihannya, kakus semacam ini harus cukup tersedia air.

4. PENGELOLAAN PEMBUANGAN KOTORAN MANUSIA

Ada tipe jamban dan sarana pembuangan tinja yang akan dipilih intuk dibangun atau diterapkan pada masyarakat harus dapat memenuhi persyratan sebagai berikut: (Ana, 2007)

a)Tidak terjadi kontaminasi pada tanah permukaan
b)Tidak terjadi ontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke mata air dan sumur.
c)Ekskreta tidak dapat dijangkau oleh lalat, ulat, kecoa dan anjing.
d)Tidak terjadi penanganan ekskreta segar, apabila tidak dapat dihindari, harus ditekan seminimal mungkin.
e)Harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap.
f)Metode yang digunakan harus sederhana serta murah dalam pembangunan dan penyelenggaraan.
g)Dapat diterima oleh masyarakat

5.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMILIKAN JAMBAN

1.Ekonomi Masyarakat
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penyebab tingginya jumlah orang miskin di daerah-daerah ini karena perekonomiannya sangat bergantung pada empat bidang utama yang seluruhnya dikuasai oleh pelaku ekonomi yang tidak berbasiskan usaha kecil dan menengah.Keempat bidang utama tersebut adalah perkebunan, pertambangan, kehutanan, dan perdagangan.Dengan penghasilan pas- pasan, cukup untuk makan saja, mereka sering dijadikan contoh kasus kemiskinan yang melandasi masyarakat terus berusaha mendapat kucuran dana lebih dari pemerintah pusat, (Slamet, 2002).

2.Kebiasaan Masyarakat
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan masyarakat.Pemanfaatan jamban keluarga oleh masyarakat belum sesuai dengan harapan karena masih ada yang buang hajat di tempat-tempat yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan, misalnya sungai, kebun atau sawah. Hal ini karena kebiasaan (pola hidup) atau fasilitas yang kurang terpenuhi serta pengetahuan, sikap dan perilaku dari masyarakat itu sendiri maupun kurang informasi yang mendukung terhadap pemanfaatan jamban keluarga, (Rendy Maulana, 2009).

3.Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan didalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan, tahayul, dan penerangan yang keliru. (Notoatmodjo, 2003).

4.Pendidikan
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi, (Yudistira, 2009).

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dalam tubuh. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Notoatmodjo, 2007). Pengelolaan kotoran manusia yang kurang baik akan menyebabkan penyebaran penyakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan antara lain : tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing, schistosomiasis dan sebagainya. Ada 4 macam jamban yaitu kakus cemplung, kakus plengsengan, kakus bor, kakus angsatrine (water seal laterine). Persyaratan jamban yang baik yaitu tidak terjadi kontaminasi pada tanah permukaan, tidak terjadi ontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke mata air dan sumur, ekskreta tidak dapat dijangkau oleh lalat, ulat, kecoa dan anjing, tidak terjadi penanganan ekskreta segar, apabila tidak dapat dihindari, harus ditekan seminimal mungkin, harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap, metode yang digunakan harus sederhana serta murah dalam pembangunan dan penyelenggaraan,dapat diterima oleh masyarakat. faktor yang mempengaruhi kepemilikan jamban yaitu ekonomi masyarakat, kebiasaan masyarakat, pengetahuan, dan pendidikan.

2. SARAN

Dengan adanya artikel ini, penulis memberikan saran kepada pembaca untuk menghimbau agar dapat mengelola kotoran manusia dengan baik, dan pembaca dapat berpikir kembali tentang akibat yang akan ditimbulkan apabila tidak dapat mengelola kotoran manusia dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Budiman, Chandra. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan I. EGC : Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

1 komentar:

  1. Merkur 23C Gold - XN
    Merkur 23C Gold Merkur's 메리트 카지노 고객센터 23C Double 바카라사이트 Edge Safety Razor is a double edge razors, which 카지노 offer a superior shave for sensitive skin in comparison to

    BalasHapus